Senin, 21 Januari 2013

Berprestasi dengan Satu Jari



Setiap malam, pria tambun yang telah melamban gerak tubuh dan bicaranya itu, menulis. Walau dengan jari telunjuk kanan, ia terus menumpahkan segala isi kepala dan hatinya. Selepas tahajut, ia menulis. Saat adzan terdengar, ia segera shalat subuh, tapi tak lama kemudian melanjutkan mengetik. Menjelang sore, ia sudah bersiap di kamarnya dan hanya diselingi shalat maghrib dan isya’. Setelah isya’, ia kembali menulis kadang sampe jam dua dini hari.
Memang, warga Yogyakarta itu cepat lelah. Tak sampai satu halaman ketik, ia melepas penat dan mengelap keringat yang terus bercucuran. Tapi, rehat sekejap cukup baginya dan bagi tangan kanannya untuk menulis. Walau hanya menghasilkan dua halaman tiapa harinya, ia terus menuangkan pikiran-pikirannya ke dalam kertas.
Hasilnya? Prof. Dr. Kuntowijoyo, nama pria itu, melahirkan karya-karya luar biasa, baik dalam kajian keislaman, sejarah maupun cerita pendek dan novel. Lebih dari 50 judul buku ia hasilkan selama masa sakitnya, 1992-2005. Belum lagi kolomnya di berbagai media.
Untuk kajian sejarah, ia menerbitkan Metodologi Sejarah(1993) dan Pengantar Ilmu Sejarah(1995). Sementara karya-karya intelektualnya antara lain Demokrasi dan Budaya(1994), Radikalisme Petani(1993), dan Identitas Politik Umat Islam(1997). Karya sastra antara lain Hampir Sebuah Subversi(1999) dan Fabel Mengusir Matahari(2000).
Novelnya yang pernah menjadi cerita bersambung di kompas, Mantra Pejinak Ular, ditetapkan sebagai satu diantara tiga pemenang Hadiah Sastra Majelis Satra Asia Tenggara (Mastera), 2001. Tiga kali berturut-turut, cerpen-cerpennya menjadi cerpen terbaik Kompas, yaitu Laki-laki yang Kawin dengan Peri (1995), Pistol Perdamaian (1996), dan Anjing-anjing yang Menyerbu Kuburan (1997).
Penghargan kebudayaan diterima dari ICMI (1995), Satyalencana Kebudayaan RI (1997), ASEAN Award on Culture and Information (1997), Mizan Award (1998), Kalyanakretya Utama untuk Teknologi Sastra dari Menristek (1999), dan SEA Write Award (1999) dari Pemerintah Thailand.
Ia pun mengetik sendiri naskah pidato pengukuhan sebagai Guru Besar pada Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2001. Naskah yang berjudul  Sejarah Kesadaran Umat Islam : Mitos, Ideologi, dan Ilmu itu dibacakan oleh sang istri.
Rupanya, serangan – Kunto mengistilahkan dengan  “mampir” – virus meningo enchepalitis(radang selaput otak kecil) pada 6 januari 1992, yang melemahkan fisiknya, tak mampu menghambat kreativitas, nalar, dan disiplin kerjanya. Termasuk juga membimbing mahasiswa Fakultas Sastra UGM.
Semangat Kunto untuk menelurkan sebuah teori tentang Ilmu Sosial Profetik (dan juga Sastra Profetik yang ia kirim  dan dimuat di Horison beberapa saat menjelang wafatnya) begitu tinggi, hingga ia mewajibkan dirinya berdisiplin menulis. Gagasannya terserak, diantaranya di Musim Tanpa Masjid (2001) yang memaparkan  strukturalisme transendental.
Di tengah langkanya seorang teoritikus dikalangan cendekiawan  muslim dan intelektual Ilmu Humaniora, Kunto bersinar. Ide-ide dari peraih master dari University of Connecticut, AS (1974) dan doktor Ilmu Sejarah dari Universitas Columbia, AS (1980) itu begitu orisinil dan mencerahkan. Misalnya saja, tentang pemetaan sejarah umat  Islam Indonesia atau teori Sastra Profetik dengan trilogi humanisas-liberasi-transendensi.
Penulis novel Pasar dan Khutbah di Atas Bukit itu terus berkarya sampai detik-detik terakhir hayatnya. Ia masih sempat memberi kata pengantar kumpulan puisi Taufik Ismail, Malu Aku Jadi Orang Indonesia. Ia meninggalkan dua naskah yang belum sempat diedit, yaitu Pengalaman Sejarah (Historical Experience) dan Sejarah Eropa Barat (pengembangan skripsinnya pada 1969), serta ide tulisan untuk Muhammmadiyah dalam rangka mukhtamarnya.
Kunto wafat pada selasa, 22 Februari 2005. Tapi ide dan semangatnya masih hidup. Terutama nilai disiplin untuk mencapai visi dan misi.
Berikut karya sastra beliau
·         Kereta yang Berangkat Pagi Hari novel (1966)
·         Rumput Danau Bento drama (1969) mendapat Hadiah Harapan Sayembara Penulisan Lakon Badan Pembina Teater Nasional Indonesia tahun 1976
·         Tidak Ada Waktu Bagi Nyonya Fatma drama (1972)
·         Barda dan Cartas drama (1972)
·         Topeng Kayu drama (1973)
·         Khotbah di Atas Bukit novel (1976)
·         Impian Amerika novel (1998)
·         Hampir Sebuah Subversi kumpulan cerpen (1999)
·         Dinamika Umat Islam Indonesia (1985)
·         Budaya dan Masyarakat (1987)
·         Radikalisasi Petani (1993)
·         Pengantar Ilmu Sejarah (1995)




                                      
Biografi

Prof. Dr. Kuntowijoyo lahir di Yogyakarta, 18 September 1943 dan meninggal 22 Februari 2005 pada umur 61 tahun  adalah seorang budayawansastrawan, dan sejarawan dari Indonesia.
Kuntowijoyo mendapatkan pendidikan formal keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah di Ngawonggo, Klaten. Ia lulus SMP di Klaten dan SMA di Solo, sebelum lulus sarjana Sejarah Universitas Gadjah Mada pada tahun 1969. Gelar MA American History diperoleh dari Universitas ConnecticutAmerika Serikat pada tahun 1974, dan Ph.D Ilmu Sejarah dari Universitas Columbia pada tahun 1980. Ia mengajar di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada dan terakhir menjadi Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya, dan menjadi peneliti senior di Pusat Studi dan Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ia meninggal dunia akibat komplikasi penyakit sesak napas, diare, dan ginjal yang diderita setelah untuk beberapa tahun mengalami serangan virus meningo enchephalitis. Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak.
Referensi:
majalah NEBULA.NO. 05/THN III/APRIL 2007.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar