Minggu, 10 November 2013

YUK BELAJAR DARI ANGSA

Sabtu, 9 November 2013 adalah hari yang sangat berharga bagi saya karena hari ini ada MABIM dan OLIMPISME, pasti banyak yang belum tau olimpisme itu apa? Iya kan? Olimpisme adalah mata kuliah baru di FMIPA UNJ dan khusus diberikan kepada mahasiswa FMIPA UNJ 2013. Banyak pelajaran yang saya dapat dengan mengikuti mata kuliah ini, meskipun saya bukan angkatan 2013. Pada hari ini diadakan MABIM dan OLIMPISME (penutupan mata kuliah Olimpisme) di TMII. Banyak materi yang diberikan hari ini, tapi ada satu materi yang sangat berharga yang saya dapat hari ini, yaitu tentang filosofi Angsa. Mungkin sudah banyak yang tahu tentang filosofi angsa, tapi jujur saya baru tahu hari ini. Di sini saya akan berbagi tentang filosofi angsa terutama untuk teman-teman yang belum tahu, semoga bermanfaat.
Sebelumnya mari kita renungi surat cinta berikut ini :

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ
“Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah, kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nur : 41)

Kalau anda tinggal di negara empat musim, maka pada musim gugur akan terlihat rombongan angsa terbang ke arah selatan untuk menghindari musim dingin. Angsa-angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk huruf "V". Kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang mengapa rombongan angsa tersebut terbang dengan formasi "V".

Fakta 1:
Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu memberikan "daya dukung" bagi burung yang terbang tepat di belakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah-payah untuk menembus 'dinding udara' di depannya. Dengan terbang dalam formasi "V", seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh daripada kalau setiap burung
terbang sendirian.


Pelajaran:
Orang-orang yang bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling membagi dalam komunitas mereka dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena mereka menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu dengan yang lain.





Fakta 2:
Kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya.

Pelajaran:
Kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan
mereka yang berjalan di depan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang lainnya
. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri daripada melakukannya bersama sama.

Fakta 3:
Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.

Pelajaran:
Adalah masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan memimpin secara bersama. Seperti halnya angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal kemampuan, kapasitas dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta atau sumber daya lainnya.

Fakta 4:
Angsa-angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.

Pelajaran:
Kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan kekuatan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai menjadi lebih besar. Kekuatan yang mendukung (berdiri dalam
satu hati atau nilai-nilai utama dan saling menguatkan) adalah kualitas suara yang kita cari. Kita harus memastikan bahwa suara kita akan menguatkan dan bukan melemahkan.

Fakta 5:
Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua angsa lain akan ikut keluar
dari formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh itu sampai ia mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka.

Pelajaran:
Kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti ketika segalanya baik.








WORKSHOP KETERAMPILAN FASILITASI DALAM PENANAMAN OLIMPISME

Alhamdulillah ketemu lagi dengan mata kuliah Olimpisme. Materi hari ini adalah “WORKSHOP KETERAMPILAN FASILITASI DALAM PENANAMAN OLIMPISME”.
Dalam pembelajaran hal yang akan menjadi tolok ukur kesuksesan pembelajaran adalah kesan pertamanya. Jika pertemuan pertama sudah berkesan dan menyenangkan, insyaAllah kebelakangnya juga akan menyenangkan. Pada awal pertemuan hal yang harus dilakukan adalah perkenalan, ada beberapa trik perkenalan supaya berkesan, menyenangkan, dan tidak monoton, diantaranya :
1.       Dengan cara menggambar foto diri
2.       Berbaris dan berkelompok
Hal-hal yang harus dilakukan pengajar saat mulai pembelajaran adalah
1.       Pentingnya saling mengenal
2.       Teori/konsep belajar mengajar
Belajar mengajar adalah proses untuk mengubah perilaku, melalui aktivitas/kegiatan yang dapat menambah dan mengembangkan:
·      Pengetahuan (knowladge)
·      Ketrampilam (Skill)
·      Sikap ( Attitude)
Ada 2 konsep dasar dalam proses belajar mengajar, yaitu:
1.       Paedagogi   : Ilmu dan seni dalam mengajar anak
Prinsip konsep Paedagogi:
·       Orang tua memberikan pengajarannya terhadap anak.
·       Tujuan proses bersifat mentransmisikan pengetahuan.
·       Dititik beratkan pada pengetahuan/ konsep/ Teori (knowledge), bukan kepada ketrampilan (skill) atau sikap ( attitude).
·       Hasil pendidikan sepenuhnya tanggung jawab orang tua/guru
·       Bantuan guru terhadap murid sangat dominan, mengingat murid dianggap mempunyai ktrampilan yang sangat tergantung pada orang lain.
2.       Andragogi   : Ilmu dan Seni dalam membantu orang dewasa belajar
Prinsip konsep Adragogi:
·      Belajar bila merasa perlu.
·      Belajar sambil kerja.
·      Materi realistis dan relevan dengan kebutuhan.
·         Menguhubungkan materi dengan pengalamannya.
·         Membutuhkan lingkungan yang informal dan kondusif ( pendekatan simulasi).
·         Tertarik bila materi menarik (dituntut optimalisasi media belajar yang optimal).
Ada 2 konsep dasar dalam pendekatan belajar-mengajar berdasarkan prosesnya:
a.       Conceptual Learning      : Lebih menitik beratkan pada pemahaman filosofis/ konsep/ nilai dan materi pelajaran yang diberikan.
b.      Experiental Learning.
Ada 4 elemen dalam pelatihan berbasis experiental Learning, yaitu:
1) Tindakan/pengalaman.
2) Proses refleksi/ pendalaman tentang apa yang telah dilakukan.
3) Adanya transfer dan refleksi pengalamannya selama pelatihanke dalam kehidupan nyata.
4) Adanya kesinambungan perilaku dalam jangka panjang.
Point penting pada experiental learning:
1. Seluruh proses penggalian “point belajar” bertujuan untuk membuat tiap peserta berkomitmen terhadap apa yang telah diucapkannya.
2. Fasilitator menggunakan seluruh kemampuan komunikasinya untuk membuat peserta menyelami proses psikologis dalam dirinya selama menjalani simulasi dan “mengatakannya”.

Cara fasilitator mempromosikan dirinya adalah sebagai berikut :
1. Menjadi bagian dari warga belajar ( audience)
2. Menciptakan iklim belajar mengajar
3. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap proses.
4. Menyadari kelebihan-kekurangan dirinya diantara warga belajar.
5. Mampu melihat permasalahan dan memecahkannya.
6. Mengerti perasaan orang lain lewat pengamatan.
7. Mempunyai kemampuan untuk mempersuasi orang lain.
8. Optimis dan punya itikad baik
9. Terbuka “Open Mind”
Adapun metode yang sebaiknya dikuasai seorang fasilitator:
1. Metode dan teknik Coaching
2. Metode dan teknik Counseling
3. Metode dan teknik presentasi
Tahapan proses fasilitasi:
Proses Tee-Up, yakni memberikan instruksi/ penjelasan/procedure secara rinci untuk melaksanakan simulasi. Tee-Up dilakukan dengan jelas, ringkas, sistematis.
Tugas seorang fasilitator salah satunya adalah 4 F. yaitu:
1. Fact
Menggali dari peserta tentang apa yang telah dialaminya
2. Feeling
Menggali proses psikologis peserta selama simulasi
3. Finding
Membimbing peserta untuk menemukan “makna” sebuah peristiwa/simulasi
4. Future
Membimbing peserta untuk mempunyai komitmen dalam mengaplikasikan nilai positif yang didapatkannya di situasi nyata
Debriefing di tengah simulasi.
Dalam situasi khusus, misal: kegagalan terus menerus dalam menyelesaikan simulasi, karena kebingungan, peserta tampak putus asa, kelompok tampak rebut dan terjadi.
Beberapa larangan
1. Melakukan penilaian terhadap jawaban peserta atau perilaku peserta dan saat kegiatan.
2. Menggunakan kalimat seperti ini. “ Sebaiknya Anda……,seharusnya Anda.
3. Memberikan petunjuk sesuai keinginan fasilitator
4. Ikut mempermalukan peserta.

AND NEXT ACTION !!!