Setiap malam, pria
tambun yang telah melamban gerak tubuh dan bicaranya itu, menulis. Walau dengan
jari telunjuk kanan, ia terus menumpahkan segala isi kepala dan hatinya. Selepas
tahajut, ia menulis. Saat adzan terdengar, ia segera shalat subuh, tapi tak
lama kemudian melanjutkan mengetik. Menjelang sore, ia sudah bersiap di
kamarnya dan hanya diselingi shalat maghrib dan isya’. Setelah isya’, ia
kembali menulis kadang sampe jam dua dini hari.
Memang, warga
Yogyakarta itu cepat lelah. Tak sampai satu halaman ketik, ia melepas penat dan
mengelap keringat yang terus bercucuran. Tapi, rehat sekejap cukup baginya dan
bagi tangan kanannya untuk menulis. Walau hanya menghasilkan dua halaman tiapa
harinya, ia terus menuangkan pikiran-pikirannya ke dalam kertas.
Hasilnya? Prof. Dr.
Kuntowijoyo, nama pria itu, melahirkan karya-karya luar biasa, baik dalam
kajian keislaman, sejarah maupun cerita pendek dan novel. Lebih dari 50 judul
buku ia hasilkan selama masa sakitnya, 1992-2005. Belum lagi kolomnya di
berbagai media.
Untuk kajian sejarah,
ia menerbitkan Metodologi Sejarah(1993)
dan Pengantar Ilmu Sejarah(1995). Sementara
karya-karya intelektualnya antara lain Demokrasi
dan Budaya(1994), Radikalisme Petani(1993),
dan Identitas Politik Umat Islam(1997).
Karya sastra antara lain Hampir Sebuah
Subversi(1999) dan Fabel Mengusir
Matahari(2000).
Novelnya yang pernah
menjadi cerita bersambung di kompas, Mantra
Pejinak Ular, ditetapkan sebagai satu diantara tiga pemenang Hadiah Sastra
Majelis Satra Asia Tenggara (Mastera), 2001. Tiga kali berturut-turut,
cerpen-cerpennya menjadi cerpen terbaik Kompas, yaitu Laki-laki yang Kawin dengan Peri (1995), Pistol Perdamaian (1996), dan Anjing-anjing
yang Menyerbu Kuburan (1997).
Penghargan kebudayaan
diterima dari ICMI (1995), Satyalencana Kebudayaan RI (1997), ASEAN Award on
Culture and Information (1997), Mizan Award (1998), Kalyanakretya Utama untuk
Teknologi Sastra dari Menristek (1999), dan SEA Write Award (1999) dari
Pemerintah Thailand.
Ia pun mengetik
sendiri naskah pidato pengukuhan sebagai Guru Besar pada Ilmu Sejarah Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2001. Naskah yang berjudul Sejarah
Kesadaran Umat Islam : Mitos, Ideologi, dan Ilmu itu dibacakan oleh sang
istri.
Rupanya, serangan –
Kunto mengistilahkan dengan “mampir” –
virus meningo enchepalitis(radang
selaput otak kecil) pada 6 januari 1992, yang melemahkan fisiknya, tak mampu
menghambat kreativitas, nalar, dan disiplin kerjanya. Termasuk juga membimbing
mahasiswa Fakultas Sastra UGM.
Semangat Kunto untuk
menelurkan sebuah teori tentang Ilmu Sosial Profetik (dan juga Sastra Profetik
yang ia kirim dan dimuat di Horison
beberapa saat menjelang wafatnya) begitu tinggi, hingga ia mewajibkan dirinya
berdisiplin menulis. Gagasannya terserak, diantaranya di Musim Tanpa Masjid (2001) yang memaparkan strukturalisme transendental.
Di tengah langkanya
seorang teoritikus dikalangan cendekiawan
muslim dan intelektual Ilmu Humaniora, Kunto bersinar. Ide-ide dari
peraih master dari University of Connecticut, AS (1974) dan doktor Ilmu Sejarah
dari Universitas Columbia, AS (1980) itu begitu orisinil dan mencerahkan. Misalnya
saja, tentang pemetaan sejarah umat
Islam Indonesia atau teori Sastra Profetik dengan trilogi
humanisas-liberasi-transendensi.
Penulis novel Pasar
dan Khutbah di Atas Bukit itu terus berkarya sampai detik-detik terakhir
hayatnya. Ia masih sempat memberi kata pengantar kumpulan puisi Taufik Ismail,
Malu Aku Jadi Orang Indonesia. Ia meninggalkan dua naskah yang belum sempat
diedit, yaitu Pengalaman Sejarah
(Historical Experience) dan Sejarah Eropa Barat (pengembangan skripsinnya
pada 1969), serta ide tulisan untuk Muhammmadiyah dalam rangka mukhtamarnya.
Kunto wafat pada
selasa, 22 Februari 2005. Tapi ide dan semangatnya masih hidup. Terutama nilai
disiplin untuk mencapai visi dan misi.
Berikut
karya sastra beliau
·
Kereta yang Berangkat Pagi Hari novel (1966)
·
Rumput Danau Bento drama (1969) mendapat Hadiah Harapan Sayembara Penulisan Lakon Badan
Pembina Teater Nasional Indonesia tahun 1976
·
Tidak Ada Waktu Bagi Nyonya Fatma drama (1972)
·
Barda dan Cartas drama (1972)
·
Topeng Kayu drama (1973)
·
Khotbah di Atas Bukit novel (1976)
·
Impian Amerika novel (1998)
·
Hampir Sebuah Subversi kumpulan cerpen (1999)
·
Dinamika Umat Islam Indonesia (1985)
·
Budaya dan Masyarakat (1987)
·
Radikalisasi Petani (1993)
·
Pengantar Ilmu Sejarah (1995)
Biografi
Prof. Dr. Kuntowijoyo
lahir di Yogyakarta, 18 September 1943 dan meninggal 22 Februari 2005 pada umur 61
tahun adalah seorang budayawan, sastrawan,
dan sejarawan dari Indonesia.
Kuntowijoyo mendapatkan pendidikan
formal keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah di Ngawonggo, Klaten. Ia lulus SMP di Klaten dan SMA di Solo,
sebelum lulus sarjana Sejarah Universitas Gadjah Mada pada tahun 1969. Gelar MA American
History diperoleh dari Universitas
Connecticut, Amerika Serikat pada
tahun 1974,
dan Ph.D Ilmu
Sejarah dari Universitas Columbia pada tahun 1980. Ia
mengajar di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada dan terakhir menjadi Guru
Besar Fakultas Ilmu Budaya, dan menjadi peneliti senior di Pusat Studi dan
Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ia meninggal dunia akibat komplikasi
penyakit sesak napas, diare, dan ginjal yang diderita setelah untuk beberapa
tahun mengalami serangan virus meningo enchephalitis.
Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak.
Referensi:
majalah NEBULA.NO. 05/THN III/APRIL 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar