Minggu, 09 Maret 2014

Kisah Tentang Pohon Apel

Hei bloggers, kali ini aku akan memposting kisah tentang pohon apel….
Jadi, hari ini aku dapet materi tentang Birrul Walidain, udah tau kan Birrul Walidain itu apa? Kalau yang belum tau Birrul Walidain itu berbakti kepada orang tua in Indonesia. Nah sebelum masuk materi, kami nonton video kisah tentang pohon apel dan Seorang Anak, supaya ngga penasaran nih aku posting ceritanya.

Alkisah ada sebuah pohon apel yang sangat mencintai bocah laki-laki. Setiap hari si bocah itu berlarian mendatangi pohon tersebut. Dia merangkai daunnya dan dikenakan sebagai mahkota. Kadang bocah ini memanjat atau bermain ayunan diantara dahan-dahan pohon. Saat lapar, dia juga makan buah apelnya, setelah letih bermain, si bocah pun tertidur di keteduhan si pohon. Si bocah sangat mencintai pohon ini, dan pohon pun demikian pula.

Waktu cepat berlalu….

Si bocah tumbuh menjadi dewasa. Pohon merasa kesepian tanpa keriangan si bocah. Suatu hari, si bocah yang telah dewasa, datang kembali di bawah pohon.
“Hai anak muda, kata pohon dengan riang, naiklah kebadanku seperti dulu.”
“Makanlah buahku’’. Ayo kita bermain lagi,’ lanjutnya
Si bocah menjawab, “aku bukan anak kecil lagi, aku tidak akan memanjat pohon dan bermain seperti dulu.”
”Aku ingin membeli mainan. Aku perlu uang. Pohon, bisakah kau memberikan uang?”
“Maaf,” kata pohon
“Aku tidak punya uang, Nak.”
“Ambillah buah apel dan daunku, juallah ke pasar, kau akan mendapatkan uang. Bergembiralah.”
Si bocah segera bersemanagat memanjat dan memetik apel-apel di pohon, lalu membawanya pergi.
Lama sekali setelah itu si bocah tidak datang lagi.
Pohon mersa sedih dan sepi……
Hingga suatu hari, si bocah datang kembali. Pohon merasa sangat gembira hingga bergetar.
“Ayo Nak, naiklah ke badanku. Bermainlah seperti dulu.”
“Aku sangat sibuk, tidak sempat lagi bermain memanjat pohon,” kata si bocah.
“Aku ingin sebuah rumah untuk menghangatkan diri. “Bisakah kamu memberi?” Tanya si bocah berharap.
Pohon pun menjawab : “ Aku tidak punya rumah. Hutan adalah rumahku.”
“Tapi kamu bisa membelah hutan dan memotong dahan-dahan ku untuk membuat rumah.”
Si bocah segera menebang dahan di pohon dan membawanya pergi.

Namun lama setelah itu…..

Si bocah tidak datang lagi.
Saat si bocah datang lagi, saking gembiranya pohon tidak mampu berkata banyak, “ Ayo nak, bermainlah.”
“Aku sudah tua. “Bocah yang tua itu melanjutkan.”
“Aku ingin sebuah perahu yang bisa membawaku pergi. Bisakah kau memberiku sebuah perahu?”
“Tebanglah aku dan buatlah perahu. Pergilah berlayar dengan gembira,” kata si pohon.
Si bocah tua pun menebang kayu dan membawanya pergi.
Setelah sekian lama, si bocah tua kembali datang.
Pohon berkata, “Maaf Nak, tidak ada apa pun yang bias aku berikan kepadamu lagi.”
Si bocah tua menjawab : “Aku pun sudah tua, yang aku butuhkan tidak banyak lagi.”
“Aku hanya ingin tempat yang tenang untuk beristirahat karena aku sudah letih.”
“Tepat sekali. Aku sisa pohon yang sudah tua, sangat tepat untuk kamu gunakan untuk duduk.”
“Mari Nak, beristirahatlah dibadanku.”
Si bocah tua pun dengan badan terbungkuk meletakkan diri di atas pohon untuk beristirahat.

Sahabat, pohon ini sama dengan Ayah atau Ibu kita.
Saat mereka kesepian sendirian, saat mereka membutuhkan kita, dimanakah kita, anak-anaknya berada?
Semua telah diberikan kepada kita. Berapa banyak waktu yang kita sisihkan untul mereka?
Berapa perhatian yang telah kita berikan kepada mereka?
Suatu hari kelak kita pun akan menjadi seperti pohon itu.
Semoga kita pun bias menjadi pohon yang berbahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar